Published on August 21, 2025
Bahasa Inggris semakin krusial di era global, namun pembelajaran di SD dan SMP masih hadapi tantangan yang beragam; mulai dari keterbatasan jam pelajaran (umumnya hanya 2-3 jam per minggu), dominasi materi reading ketimbang speaking, serta keterbatasan guru dengan kemahiran memadai untuk metode mengajar bahasa Inggris.
Alhasil, banyak siswa hanya menguasai teori tanpa rasa percaya diri lebih untuk berbicara. Kehadiran Artificial Intelligence (AI) membuka peluang baru dengan adanya asisten virtual yang tersedia dan mampu menyesuaikan kebutuhan siswa.
Kini pertanyaannya, siapkah sekolah dan pemerintah daerah mengadopsi inovasi pembelajaran bahasa Inggris berbasis AI?
Teknologi AI yang Relevan untuk Pembelajaran Bahasa Inggris
1. Speech Recognition
Mendeteksi dan menilai pengucapan siswa secara real-time. Siswa bisa langsung tahu kesalahan pelafalan dan memperbaikinya.
2. Chatbots Interaktif
AI dapat menjadi partner speaking 24/7, melatih percakapan kontekstual, misalnya dialog di restoran, bandara, atau kelas.
3. Adaptive Learning Systems
AI menyesuaikan materi berdasarkan kemampuan siswa. Jika siswa kesulitan kosakata, sistem otomatis menambah latihan kosakata sebelum naik ke percakapan yang lebih kompleks.
Pembelajaran dari Praktik dan Implementasi Awal
Dalam skala global, inovasi AI pembelajaran bahasa Inggris telah menunjukkan hasil positif. Seperti contoh praktik penggunaan aplikasi ELSA Speak di Vietnam yang memperlihatkan peningkatan signifikan pada rasa percaya diri siswa dalam bahasa Inggris, hanya dalam waktu tiga bulan.
Sementara, di Indonesia, LearningRoom sudah mulai melakukan uji coba terbatas. Melalui survei internal yang melibatkan 125 guru SD & SMP di Kupang, hasilnya menunjukkan:
- Lebih dari 90% guru menilai materi di LearningRoom sejalan dengan kurikulum nasional dan sesuai materi yang mereka ajarkan di sekolah.
- Sekitar 74% guru menyatakan fitur berbasis AI di LearningRoom mampu meningkatkan keterampilan bahasa Inggris, terutama dalam hal kosakata dan pelafalan.
- Fitur paling disukai di LearningRoom adalah materi yang berunsur gamifikasi & menggunakan pendekatan audio-visual.
- Sebagian besar guru mengklaim bahwa AI menjadi pendamping belajar yang efektif, selama tetap ada intervensi dari guru sebagai fasilitator utama.
Panduan Implementasi untuk Dinas Pendidikan
Agar proses integrasi AI dapat berhasil, beberapa langkah strategis yang perlu diperhatikan adalah:
1. Infrastruktur → koneksi internet stabil, perangkat tablet/laptop untuk siswa.
2. Pelatihan Guru → in-service training agar guru mampu memanfaatkan AI sebagai sistem pendukung, bukan pengganti.
3. SOP Privasi & Data → memastikan penggunaan AI sesuai regulasi yang berlaku (Permendikbudristek & UU Perlindungan Data Pribadi 2022).
Risiko Adopsi AI dan Upaya Pencegahan
Sejatinya, integrasi teknologi AI dalam pembelajaran bahasa Inggris memang menjanjikan, namun tetap miliki sejumlah risiko yang perlu diantisipasi:
1. Bias dan Akurasi Model AI
Sistem speech recognition atau chatbot yang dilatih dengan data berbahasa Inggris standar sering kurang akurat menilai aksen lokal siswa Indonesia. Ini bisa membuat siswa merasa salah terus, padahal pengucapan mereka sudah dapat dimengerti.
Mitigasi: Pilih solusi AI dengan fitur localization atau penambahan dataset untuk variasi aksen Asia Tenggara.
2. Ketergantungan Berlebihan pada Teknologi
Guru dan siswa bisa menjadi terlalu bergantung pada AI, sehingga aspek pedagogis manusiawi (motivasi, koreksi berbasis konteks sosial) bisa terabaikan.
Mitigasi: Posisikan AI sebagai asisten guru, bukan pengganti. SOP pembelajaran harus jelas: kapan siswa menggunakan AI, kapan guru masuk memberi intervensi.
3. Privasi dan Keamanan Data Siswa
Data suara dan percakapan siswa dapat disimpan dan dikelola secara baik, agar tidak memicu pelanggaran UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP 2022).
Mitigasi: Pastikan aplikasi AI menggunakan server sesuai standar keamanan nasional, data dienkripsi, dan izin orang tua/wali murid diperoleh sebelum penggunaan.
4. Kesenjangan Akses Teknologi
Tidak semua sekolah di wilayah berbeda akan memiliki perangkat dan internet yang sama kualitasnya. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan antara sekolah kota dan daerah.
Mitigasi: Program perlu dimulai dengan pilot project di sekolah dengan infrastruktur siap, lalu secara bertahap diperluas dengan dukungan BOSDA/BOSNAS untuk perangkat dan koneksi internet.
5. Beban Adaptasi Guru
Guru yang belum familiar dengan teknologi bisa merasa terbebani, sehingga AI justru menjadi penghalang kemajuan proses mengajar.
Mitigasi: Sediakan in-service training terstruktur, modul penggunaan sederhana, serta dukungan helpdesk selama periode transisi.
Pemilihan strategi mitigasi yang tepat, maka risiko-risiko di atas dapat dihindari sehingga teknologi AI benar-benar berfungsi sebagai akselerator mutu pembelajaran, tanpa memunculkan masalah baru.
Dengan dukungan sistem adaptif, umpan balik pelafalan yang akurat, serta materi interaktif, siswa dapat semakin merasa percaya diri untuk berkomunikasi dalam bahasa global. Guru pun terbantu dalam memberikan pendampingan yang lebih personal, termasuk sekolah yang mampu menunjukkan komitmennya terhadap mutu pendidikan yang relevan dengan tuntutan era digital.
Melalui platform seperti LearningRoom, integrasi AI dapat dipahami secara langsung dan menjadi solusi praktis yang memperkaya pengalaman belajar sekaligus memperkuat posisi sekolah dalam menyiapkan generasi siap bersaing di dunia internasional.
***
Mari Bertualang dan Belajar Bahasa Inggris di
Bergabung dan dapatkan lebih banyak berita menarik serta penawaran khusus!