Published on April 16, 2025
Ketika kita membicarakan tentang guru, sering kali yang terbersit adalah sosok yang berdiri di depan kelas, menyampaikan pelajaran. Tapi di balik peran itu, ada banyak cerita luar biasa yang mungkin tak kita duga—cerita tentang dedikasi, perjuangan, dan ketulusan hati yang mampu mengubah kehidupan murid dan bahkan komunitas secara keseluruhan.
Anggapan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa pun sangat layak disematkan kepada mereka yang telah mendedikasikan hidupnya untuk membentuk pikiran muda dengan benih-benih ilmu, dan menginspirasi generasi berikutnya untuk menatap masa depan lebih baik.
Melalui artikel ini, kami ingin mengangkat kembali memori dari 10 sosok guru inspiratif dan membanggakan dari berbagai belahan dunia yang mampu membuktikan bahwa pendidikan bisa jadi kekuatan terbesar untuk mengubah dunia!
1. Erin Gruwell (Amerika Serikat)
Erin merupakan seorang guru yang memulai kariernya di Long Beach, California, dengan mengajar siswa yang dianggap "beresiko tinggi" atau kurang berprestasi. Salah satu pendekatan empati yang dilakukannya adalah meminta 150 siswanya untuk menulis jurnal pribadi dari pengalaman hidup mereka.
Erin berhasil menginspirasi siswa-siswanya, yang kemudian menamakan diri mereka "Freedom Writers." Semua siswa Erin berhasil lulus dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Foto Erin Gruwell bersama murid angkatan perdana Freedom Fighters (myhero.com)
Erin kemudian mendirikan Freedom Writers Foundation, yang bertujuan untuk menyebarkan metode pengajaran inovatifnya ke seluruh dunia. Kisahnya diabadikan dalam buku The Freedom Writers Diary dan diadaptasi menjadi film Freedom Writers.
"Silence ensures that history repeats itself."
— Erin Gruwell, The Freedom Writers Diary
2. Peter Tabichi (Kenya)
Peter Tabichi adalah seorang biarawan Fransiskan dan guru sains di Keriko Mixed Day Secondary School, yang terletak di desa Pwani, Kenya. Ia menyumbangkan 80% dari gajinya untuk membantu siswa serta komunitasnya yang berasal dari daerah kelaparan dan kekurangan sumber daya.
Di bawah bimbingan Peter, siswa-siswa dari sekolahnya berhasil mencapai final Intel International Science and Engineering Fair dan memenangkan penghargaan dari Royal Society of Chemistry. Ia juga berhasil dalam menggandakan jumlah siswa yang melanjutkan ke universitas.
Foto Peter Tabichi memenangkan Global Teacher Prize atas kontribusinya dalam pendidikan dan komunitas (africarenewal.un.org)
Pada tahun 2019, Peter Tabichi memenangkan Global Teacher Prize atas kontribusinya yang luar biasa dalam pendidikan dan komunitas.
"Teaching is my passion. I want to make a difference in the lives of my students."
— Peter Tabichi (LinkedIn)
3. Ranjitsinh Disale (India)
Ranjitsinh lahir di Paritewadi, Maharashtra, India. Awalnya, ia bercita-cita menjadi insinyur IT, tetapi setelah mengikuti pelatihan guru atas saran ayahnya, ia menyadari bahwa guru adalah agen perubahan sejati.
Ranjitsinh terkenal setelah menciptakan buku teks dengan kode QR yang memungkinkan siswa mengakses puisi audio, cerita, video pembelajaran, dan lainnya. Inovasi yang akhirnya membantu siswa belajar dari rumah, terutama anak perempuan yang sebelumnya sulit mendapatkan akses pendidikan.
Foto Ranjitsinh Disale menciptakan buku teks dengan kode QR yang membantu siswa belajar (facebook)
Pada tahun 2020, Ranjitsinh memenangkan Global Teacher Prize dan membuat sejarah dengan membagi setengah dari hadiah $1juta tersebut kepada sembilan finalis lainnya sebagai bentuk solidaritas.
"Sharing is growing, God gives us and we have to share."
— Ranjitsinh Disale (sumber)
4. Andria Zafirakou (Inggris)
Mengajar seni di London yang super multikultural membuat Andria belajar lebih dari 30 bahasa agar bisa berkomunikasi lebih baik dengan siswanya. Ia membuktikan bahwa kedekatan emosional dan pengertian budaya bisa membuat ruang kelas jadi tempat yang menyenangkan dan aman.
Di tahun 2018, Andria memenangkan Global Teacher Prize, dan menjadikannya sebagai guru Inggris pertama penerima penghargaan tersebut. Dari uang hadiahnya, Ia mendirikan organisasi amal bernama Artists in Residence (AiR), bertujuan meningkatkan pendidikan seni di sekolah.
Foto Andria Zafirakou, pemenang Global Teacher Prize 2018, bersama murid-muridnya (cambridge.org)
Ia pun menerima berbagai penghargaan lain, termasuk MBE (Member of the Order of the British Empire) atas jasanya di bidang pendidikan dan pengembangan anak muda. Ia juga dinobatkan sebagai salah satu dari 1000 orang paling berpengaruh di London menurut Evening Standard.
"Build trust with your kids, then everything else can happen."
— Andria Zafirakou (sumber)
5. Hanan Al Hroub (Palestina)
Hanan tumbuh di wilayah konflik, sehingga ia tahu betul dampak kekerasan terhadap anak-anak. Karena itu ia berkomitmen terhadap pendidikan dan menciptakan pendekatan "Teaching without Violence"—penuh empati dan permainan edukatif.
Ia mengajar anak-anak Palestina yang mengalami trauma akibat kekerasan, termasuk anak-anaknya sendiri yang pernah menjadi korban penembakan. Hanan percaya bahwa pendidikan adalah alat untuk menciptakan perdamaian dan mengurangi kekerasan.
Foto Hanan Al Hroub yang mengajar anak-anak Palestina di daerah konflik dengan metode non-kekerasan (TheNational)
Hanan menulis buku berjudul We Play and Learn, yang merinci pendekatan pengajarannya. Ia memenangkan Global Teacher Prize di tahun 2016, dan sering menjadi pembicara di berbagai forum internasional untuk mempromosikan pendidikan berbasis trauma dan metode pengajaran non-kekerasan.
"We just want peace; we want our children to enjoy their childhoods in peace."
— Hanan Al Hroub (globalteacherprize)
6. Butet Manurung (Indonesia)
Butet Manurung, atau Saur Marlina Manurung, adalah seorang pendidik dan antropolog asal Indonesia yang dikenal sebagai pelopor pendidikan alternatif bagi masyarakat adat di daerah terpencil.
Di tahun 2003, Butet mendirikan Sokola Institute (awalnya bernama Sokola Rimba), organisasi pendidikan kontekstual untuk masyarakat adat, seperti Orang Rimba di Jambi. Program ini mengajarkan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung, yang relevan dengan kebutuhan komunitas lokal.
Foto Butet Manurung, sosok guru inspiratif yang terapkan pendidikan alternatif untuk masyarakat pedalaman (Edoo)
Sokola Institute telah membawa literasi ke lebih dari 10.000 individu di sembilan provinsi di Indonesia. Pengalamannya mendidik Orang Rimba dituangkan dalam buku Sokola Rimba (The Jungle School), yang kini menginspirasi banyak orang untuk mendukung pendidikan di daerah terpencil.
"Pendidikan bukanlah proses alienasi seseorang dari lingkungannya...melainkan proses pemberdayaan potensi dasar yang alamiah."
— Butet Manurung, Sokola Rimba
7. Ron Clark (Amerika Serikat)
Ron dikenal sebagai guru dengan energi melimpah serta kreativitas tinggi, yang kerap menggunakan musik dan tarian dalam pengajarannya. Ia mendirikan Ron Clark Academy, sekolah yang kini jadi inspirasi bagi guru-guru di seluruh dunia.
Ia menulis beberapa buku tentang pendidikan, termasuk The Essential 55 dan Move Your Bus, yang memberikan panduan praktis bagi guru dan orang tua untuk memotivasi anak-anak. Ia juga tampil di acara The Oprah Winfrey Show, di mana Oprah menyebutnya sebagai "Phenomenal Man" pertama.
Foto Ron Clark, guru penuh energi serta kreativitas tinggi yang menggunakan musik dan tarian dalam pengajarannya (Atlanta Magazine)
Kisahnya diabadikan dalam film The Ron Clark Story yang dibintangi oleh Matthew Perry. Ia juga menjadi pembicara motivasi internasional yang menginspirasi para pendidik di seluruh dunia.
"Always make sure there are seven things in your life at all times: laughter, family, adventure, good food, challenge, change, and the quest for knowledge.”
— Ron Clark, The Essential 55
8. Sister Zeph (Pakistan)
Seorang pendidik, aktivis perempuan, dan filantropis yang bernama asli Riffat Arif ini, memulai sekolah di halaman belakang rumahnya sejak usia 13 tahun! Kini, Sister Zeph melakukannya untuk anak-anak perempuan yang tak punya akses pendidikan, dan telah mengajar ratusan siswa secara gratis dengan penuh cinta dan dedikasi.
Di tahun 2013, Sister Zeph membuat ZWEE Foundation, yang menyediakan pendidikan gratis untuk anak-anak perempuan dan pelatihan keterampilan bagi perempuan dewasa. Yayasan ini memberikan pelatihan keterampilan seperti menjahit, literasi digital, dan seni bela diri.
Foto Sister Zeph (ZWEE Foundation) yang memberikan pendidikan dan pelatihan gratis kepada anak perempuan (facebook)
Sister Zeph telah menerima berbagai penghargaan internasional, termasuk Lynn Syms Prize pada tahun 2014 dan Global Teacher Prize pada tahun 2023. Kisahnya juga diabadikan dalam film dokumenter Flight of the Falcons, yang memenangkan medali emas di New York Film Festival pada tahun 2016.
“Love is the language.”
— Sister Zeph (npr)
9. Nancie Atwell (Amerika Serikat)
Nancie percaya bahwa anak-anak akan mencintai belajar jika diberikan kebebasan untuk memilih. Ia mendirikan sekolah di Maine dan memfokuskan literasi melalui membaca dan menulis bebas. Kelasnya jadi tempat inklusif yang sangat dihargai murid.
Di tahun 1990, Nancie mendirikan Center for Teaching and Learning (CTL), sekolah nirlaba di Maine. Sekolah ini menjadi model praktik pengajaran yang efektif, di mana siswa membaca rata-rata 40 buku per tahun dan menghasilkan karya tulis yang signifikan.
Foto Nancie Atwell bersama anak murid CTL yang fokus literasi melalui membaca dan menulis bebas (newscentermaine)
Selain penerima pertama Global Teacher Prize di tahun 2015, Nancie juga telah menulis sembilan buku tentang pengajaran, termasuk In the Middle, yang dianggap sebagai salah satu buku terbaik tentang pengajaran literasi. Buku ini telah menginspirasi banyak guru di seluruh dunia.
"Teaching has been my pride and pleasure for more than four decades."
— Nancie Atwell (EdWeek)
10. Marva Collins (Amerika Serikat)
Setelah mengajar selama 14 tahun di sistem sekolah umum Chicago, Marva merasa kecewa dengan kurangnya perhatian terhadap siswa di daerah perkotaan. Pada tahun 1975, ia menggunakan dana pensiunnya sebesar $5.000 untuk mendirikan Westside Preparatory School di lingkungan Garfield Park, Chicago. Sekolah ini dirancang untuk membantu anak-anak yang dianggap "tidak dapat diajar" oleh sistem sekolah umum.
Marva menggunakan pendekatan pendidikan klasik, termasuk metode Socratic, yang dimodifikasi untuk siswa sekolah dasar. Ia menekankan pentingnya membaca teks klasik dan membangun rasa percaya diri siswa melalui pembelajaran yang intensif dan personal.
Foto Marva Collins bersama muridnya yang 'terbuang' dari sekolah umum dengan metode pembelajaran lebih personal (Chicago Tribune)
Westside Preparatory School menjadi model keberhasilan pendidikan alternatif, dan Marva Collins mendapatkan pengakuan nasional. Kisah hidupnya diabadikan dalam film televisi The Marva Collins Story (1981), yang dibintangi oleh Cicely Tyson dan Morgan Freeman.
"I'm a teacher. A teacher is someone who leads. There is no magic here. I do not walk on water. I do not part the sea. I just love children."
— Marva Collins (sumber)
Dari kelas di tengah hutan hingga panggung dunia, sepuluh sosok luar biasa ini menunjukkan bahwa menjadi guru adalah panggilan hati. Bukan sekadar pekerjaan, tapi misi untuk membentuk masa depan.
Mengakui dan mengapresiasi para guru seperti mereka berarti kita menghormati peran pendidikan dalam menciptakan dunia yang lebih baik. Karena di balik setiap anak hebat, selalu ada guru hebat yang percaya padanya lebih dulu.
***
Mari Bertualang dan Belajar Bahasa Inggris di
Bergabung dan dapatkan lebih banyak berita menarik serta penawaran khusus!